Saturday, February 11, 2017

Pendakian Gunung Cikuray Via Kiara Janggot


Kabupaten Garut, adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Tarogong Kidul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat.
Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 mdpl dikelilingi oleh Gunung Karacak (1.838 mdpl), Gunung Cikuray (2.821 mdpl), Gunung Papandayan (2.622 mdpl), dan Gunung Guntur (2.249 mdpl).

Dengan pesona alam pegunungan inilah, Garut menjadi salah satu alternatif tujuan pendakian di wilayah Jawa Barat. Setidaknya ada tiga gunung di wilayah Garut yang sangat familiar dan bisa didaki secara estafet yaitu Cikuray, Papandayan dan Guntur. Atas dasar lokasi gunung yang saling berdekatan inilah, maka saya (Alas Perdu), Afan dan Agus memutuskan untuk mendaki  dua gunung sekaligus dalam dua hari di wilayah Garut yaitu gunung Cikuray dan Papandayan. Kami bertiga tergabung dalam satu komunitas Pendaki Laka-Laka yang ber-homebase di Kota Tegal

Gunung Cikuray adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikurai mempunyai ketinggian 2.821 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi keempat di Jawa Barat setelah Gunung Gede. Gunung ini berada di perbatasan kecamatan Bayongbong, Cikajang, dan Dayeuh Manggung.

Setelah mengumpulkan informasi dari beberapa rekan pendaki yang sudah menjajaki medan gunung Cikuray, kami dipandu untuk melewati Basecamp Bayongbong. Trek pendakian via bayongbong boleh dibilang “aduhay”. Mungkin 11:12 seperti jalur pendakian gunung Ciremai via Linggarjati. Tanjakan lewat Bayongbong serasa tanjakan Bapa Tere-nya gunung Ciremai.

Disisi lain, kita juga mendapatkan informasi langsung dari Rekan di BC Bayongbong untuk mencoba jalur baru melewati Basecamp Kiara Janggot. Kiara Janggot merupakan jalur baru pendakian gunung Sikuray dan yang baru saja dibuka di akhir tahun 2015. Atas dasar dua informasi inilah kami memutuskan untuk “mencicipi” dua jalur pendakian ini. Naik melewati jalur Kiara Janggot dan turun melalui jalur Bayongbong.

Setelah menyiapkan segala sesuatunya, perjalanan kami mulai jam 9 malam dari Basecamp Pendaki Laka-Laka di Kota Tegal. Perjalanan menggunakan kendaraan bus besar jurusan Bandung dan turun di bundaran Cilenyi kurang lebih 5 jam perjalanan. Dari bundaran Cilenyi dilanjutkan dengan bus jurusan terminat Guntur (Garut) dan memakan waktu 1 jam. Sesampainya di Terminal Guntur kita bisa berbelanja logistik untuk pendakian, karena lokasi terminal dekat dengan pasar.


Perjalanan dilanjutkan dengan angkutan umum ataupun pick up menuju basecamp Kiara Janggot.


Setelah tawar menawar harga, kami bertiga “diloading” menggunakan pick up hingga sampai di BC Kiara Janggot. Mendekati BC,medan begitu menanjak, pick up yang kita “carter” harus extra hati-hati karena jalan berbatu, berlubang dan bergelombang. Perjalanan kurang lebih 45 menit dari terminal Guntur menuju BC. Dan sekitar pukul 8 pagi sampailah kita di BC Kiara Janggot.




Bagi kamu yang turun di terminat Guntur bisa juga menggunakan angkutan 06 warna kuning jurusan Cilawu, kemudian turun di pangkalan ojek Genteng. Dan kemudian dilanjutkan dengan ojek menuju BC Kiara Janggot



Basecamp – Pos 1
Setelah cukup beristirahat, sarapan dan re-packing bawaan kita, sekitar pukul 10 siang kita memulai perjalanan dari BC Kiara Janggot. Tidak lupa sebelum pendakian kita mendatakan diri kita dan menyelesaikan simaksi di BC.


Medan yang di awal perjalanan berupa jalan perkampungan berbatu. Dilanjutkan dengan ladang penduduk berupa tanaman cabai, kol dan juga padi.


Trek Jalur menuju Pos 1 sedikit menanjak. Terik panas sangat terasa karena matahari langsung ke badan kita tanpa terhalang pepohonan besar sama sekali.

Mendekati Pos 2 kita baru melihat rerimbunan pohon besar sebagai tanda bahwa pos 2 sudah dekat. Berdasarkan catatan kami kurang lebih sejauh 2.100m dan membutuhkan waktu 1 jam hingga di Pos 2. Jalur menuju pos 2 merupakan jalur terpanjang selama pendakian via Janggot.

Pos 1 – Pos 2



Area di pos 1 tidak luas, cukup untuk 1-2 tenda saja. Perjalanan menuju pos 2 melewati hutan. Medan menuju pos 2 menanjak dan lumayan menguras tenaga.

Kurang lebih jarak yang ditempuh 660m dan waktu tempuh kita selama 40 menit.

Pos 2 – Pos 3

Pos 2 merupakan area sumber air. Di pos 2 ini kurang lebih cukup untuk 2-3 tenda. Disini air sangat jernih sekali dan rasanya pun sangat alami tidak kalah dengan air kemasan. Medan masih menanjak melewati pepohonan besar serta semak belukar. Detengah perjalanan kami diguyur hujan deras disertai suara petir yang sering terdengar. Jarak dari pos 2 ke pos 3 kurang lebih 335m dan membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai di pos 3.

Pos 3 – Pos 4
Medan dari pos 3 menuju pos 4 menanjak , jalur dilalui rapat dengan pepohonan. Adakalanya jalur yang kami lewati seperti aliran sungai karena kondisi masih diguyur hujan.

Jarak yang ditempu menuju pos 4 kurang lebih 630m dan kami membutuhkan waktu sekitar 35 menit untuk sampai di pos 4

Pos 4 – Pos 5
Menuju pos 5 medan semakin merapat dan tanjakan semakin terasa berat. Beban semakin terasa berat ketika kontur tanah licir karena air hujan dan beban yang kami panggul bertambah berat karena basah.

Jarak yang kami tempuh berkisar 740m sedangkan waktu tempuh kurang lebih 40 menit.

Pos 5 – Pos 6
Menuju pos 6 jalur makin membuat frustasi. Sesekali kami harus sering berpegangan akar atau dahan yang merambat di permukaan tanah.

Jalur makin rapat dan karena ini jalur baru di jalur ini jarang kami temui sampah-sampah pendaki. Hanya berbekal tanda berupa pita atau sayatan yang telah dibuat pengelola jalur Jenggot kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 6.


Kurang lebih kami berjalan sejauh 700m selama 50 menit.

Pos 6 – Pos Persimpangan

Dari pos 6 menuju area persimpangan kondisi fisik makin kelelahan setelah diguyur hujan sepanjang perjalanan. Sangat dianjurkan siapkan fisik prima dengan berlatih atau berolah raga ketika memutuskan mendaki melewati jalur Jenggot dan mendakilah ketika cuaca terang atau bukan musim hujan. Kurang lebih kami berjalan selama 30 menit sampai di persimpangan. Persimpangan ini merupakan pertemuan antara jalur via Jenggot danjalur pendakian via pemancar.

Pos Persimpangan – Pos 7


 Setelah melewati persimpangan, kita akan menjumpai medan makin terjal.

30 menit dari persimpangan kami bertiga sudah sampai di pos 7

Pos 7 - Puncak
Menuju puncak jalur masih rapat dengan pepohonan, kurang lebih butuh waktu 35 menit menuju puncak


Dari pos 7, puncak masih belum terlihat jelas. Hal ini disebabkan gunung Cikuray merupakan gunung yang rapat dengan pepohonan dari bawah hingga kawasan puncak. Ini berbeda dengan gunung berapi pada umumnya. Umumnya gunung berapi ketika mendekati kawasan puncak atau batas vegetasi hanya tanaman perdu dengan tinggi sedang atau bahkan bebatuan dan pasir yang dijumpai. Berbeda sekali dengan gunung Sikuray, bahkan di Sikuray tidak dijumpai tanaman Edelwise.



Mendekati puncak Sikuray kita bertemu dengan selter yang sangat luas. Kawasan ini cocok sekali untuk mendirikan tenda dan bermalam. Jarak menuju puncak dari sini sangatlah dekat. Kurang lebih 5 menit tanpa beban kita sudah sampai di puncak Sikuray. Di selter ini kami memutuskan untuk camp semalam dan memulihkan stamina untuk esok harinya.


Sekitar pukul lima pagi kita meluncur dari selter (camp area) ini. Semburat cahaya merah mulai tampak perlahan, semakin jelas dan semakin terang.


Dan ….
Wow…….
Pemandangan sunrise dari puncak Sikuray sangat luar biasa sekali pagi itu. Gunung Ciremai tampai di sisi timur laut sedangkan puncak gunung Slamet tampak megah tepat didepan kami (sisi timur).


Terbayar sudah perjalanan kami, meski harus diguyur hujan hampir sepanjang perjalanan. Akhirnya kami bisa berada di puncak gunung Cikuray 2.821 mdpl.


Berjalanan kami belum usah sampai disini. Kami harus segera bergegas turun untuk melanjutkan perjalanan kami menuju puncak gunung Papandayan di hari yang sama (bersambung....)

Berikut adalah trekking map dari GPS yang kita gunakan kita selama pendakian gunung Cikuray melalui jalur Kiara Janggot (soon - on progress).

Story : Alas Perdu

0 comments:

Post a Comment