Thursday, March 12, 2015

Pengantar Mountaineering



Kegiatan di gunung biasanya diistilahkan dengan mendaki gunung (hill walking/ mountaineering ) pelakunya disebut pendaki gunung/ mountainer. Masyarakat sering mengidentifikasikan pendaki gunung dengan pencinta alam padahal sebenarnya pencinta alam saja yang bertujuan untuk mengenal alam dan melestarikannya sedangkan kelompok lain hanya ingin berekreasi atau bahkan merusak lingkungan pegunungan dengan berbagai kegiatannya.

Kegiatan utama di gunung adalah berjalan, berkemah, menempuh rimba dan kadang memanjat tebing baik untuk tujuan ilmiah maupun rekreatif. Untuk itu pelakunya perlu menguasai teknik hidup di alam bebas yang disebut dengan mountaneering. Medan yang dihadapi umumnya adalah hutan belantara tropis, punggungan pegunungan muda dan tidak jarang pula menyusuri mata air serta sungai. Pada gunung tertentu terdapat salju dan es. Teknik pendakian guunung salju disebut Ice climbing, tata caranya sangat berbeda dengan pendakian pada gunung biasa.

Puncak tertinggi secara fisik merupakan tujuan utama dari kegiatan mendaki gunung. Namun, secara filisofis tujuannya adalah untuk mengasah fisik dan mental sehingga muncul sikap-sikap positif seperti percaya diri, pencinta alam, cinta sesama dan menghormati peri kehidupan disekitarnya. Kebanggaan terbesar bagi seorang pendaki gunung adalah karena kemampuannya mengatasi kelemahan yang ada pada dirinya.


PERSIAPAN FISIK DAN TEKNIK


Kesiapan fisik adalah modal utama dalam melakukan kegiatan mountaneering. Latihan fisik yang bertujuan meningkatkan daya tahan dan kebugaran adalah menu utama. Ini dapat diperoleh deengan melakukan senam, lari dan latihan beban secara rutin.

Senam aerobik ditambah bersepeda bertujuan untuk menjaga kebugaran dan daya tahan. Lari terutama di siang jari dapat meningkatkan VO2MAX (kemampuan paru-paru menyerap oksigen) mengingat oksigen di daerah ketinggian kadarnya rendah.

Latihan beban berguna untuk membentuk kekuatan otot dalam menghadapi medan yang berat. Penguasaan hidup di alam bebas meliputi survival, bivoac, tali temali, teknik dasar, memasak, kesehatan lapangan, P3K, ilmu medan medan dan membaca peta kompas mutlak harus dikuasai. Ditunjang dengan peralatan yang lengkap dan baik akan menjamin keselamatan dan kenyamanan pendakian. Tidak dapat ditinggalkan adalah dokumen perjalanan seperti surat ijin instansi terkait.


Dalam perjalanan ada baiknya untuk mendekatkan diri dengan penduduk sekitar, memberitahukan maksud kegiatan kita. Hal ini penting karena sekiranya mendapat kesulitan maka penduduklah yang paling potensial untuk secepatnya memberi bantuan.



TEKNIK PACKING


Secara ideal umunya beban yang dapat dibawa adalah 30%-45% dari berat tubuh. Pisahkan barang-barang yang dibawa dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan kegunaan. Perhitungkan dengan kelompok kelompok yang sesuai dengan kegunaan. Perhitungkan dengan cermat jumlah barang, tingkat kebutuhan dan urutan pemakaiannya serta tentukan tempat kebutuhan dan urutan pemakaiannya serta tentukan tempat yang paling praktis di ransel untuk jenis barang tersebut. Misalnya alat-alat MCK dan alat-alat tulis dapat disimpan dikantong-kantong luar ransel, pakaian di bagian bawah, makanan di tengah dan seterusnya.

Aturan umum dalam packing adalah letakkan barang yang ringan di bawah dan yang berat di atas serta bagilah beban secara merata di sisi kiri dan kanan ransel serta barang yang paling berat di tengah. Aturlah penempatan seefisien mungkin dan jangan biarkan ada barang tersisa bergeletakkan di luar ransel karena akan mengganggu perjalanan dan berbahaya bila terangkut dahan.



TEKNIK BERJALAN



Mendaki gunung pada dasarnya adalah olahraga berjalan, di mana medan yang dilalui sangat berbeda dengan yang kita lalui sehariihari. Ditambah beban yang ada dipunggung maka kita dituntut untuk menguasai teknik menjaga keseimbangan dan berjalan di pegunungan dengan benar.


Di medan berkerikil atau berbatu bulat atau tajam seperti sungai harus dilewati dengan melompat dengan cepat dari satu batu ke batu yang lain sebelum batu tersebut sempat bergulir. Namun bila kondisi badan sudah lemah sebaiknya diperiksa dulu posisi batuan tersebut kemudian ,melewatinya perlahan-lahan. Tanah berumput basah karena embun dan hujan serta terdapat lumut mengakibatkan tergelincir. Medan berlumpur dan becek menjadikan perjalanan menjemukan, lambat serta menguras banyak tenaga. Hal ini hanya dapat dihindari bila kita memakai sepatu dari jenis yang tepat untuk keperluan hiking.
Berjalan di pegunungan bukit yang curam memerlukan keseimbangan yang prima. Gerakan mendadak seperti mengayun tangan dan melompa dapat berakibat fatal. Hati-hati dengan terpaan angin, berjalanlah tenang dan tidak kaku. Jangan memotong lintasan karena biasanya jalan setapak yang sudah ada mengikuti kontur alam sehingga tidak curam walau berkelok-kelok. Hapalkan lintasan tersebut agar mudah bila kehilangan arahatau pada saat kembali nantinya. Teknik lain berjalan di daerah curam adalah dengan lintasan zig-zag untuk menghemat nafas.

Jangan memakai tumbuhan kecil yang ada di tebing sebagai tumpuan karena biasanya banyak yang lapuk dan tidak cukup kuat untuk menahan bebn, cukup dipakai sebagai keseimbangan saja.

Semak lebat sering menghalangi dan menghilangkan lintasan, bukalah semak dengan tebasan parang. Lakukanlah tebasan sesedikit mungkin untuk menghemat tenaga. Perhatikan pada waktu yang cukup lama untuk ditumbuhi rumput sehingga masihmudah ditemukan dengan sedikit menyibak semak. Lintasan yang kurang jelas biasanya jarang dilewati kecuali oleh penebang kayu.

Sungai memang tampak sebagai jalan yang mudah dilalui untuk cepat sampai ke bawah, tetapi mengikuti aliran sungai adalah tindakan yang berbahaya. Sungai di gunung seringkali melewai tebing dan air terjun yang curam sehingga sulit dilalui tanpa peralatan memanjat tebing. Banyak kecelakaan terjadi karena mengikuti aliran sungai. Bila terpaksa untuk mengikuti aliran sungai, misalnya pada saat tersesat, ikutilah dari tempat yang tinggi prinsipnya ikutilah lintasan yang berbeda di pegunungan asalkan aliran sungai tersebut masih dapat terlihat dan bukan di cekuk-cekuk di mana sungai tersebut mengalir.

Pada saat turun kondisi badan biasanya sudah lelah ditambah posisi badan yang seluruhnya mengarah ke bawah sehingga otot kaki mendapt beban ekstra, kemungkinan terkilir dan tergelincir cukup besar. Kencangkan ujung kaki agar ujung kaki tidak tergencet dan pergunakan tumit sepatu sebagai rem dantumpuan beban. Jangan berjalan doyong ke muka, usahakan berat tubuh tetap ditengah. Cara lain adalah berjalan miring dengan tubuh doyong ke belakang segera dapat mengantisipasi keadaan bila terpeleset.
Hati-hati bila berada di daerah kawah, daerah yang gersang tanpa tumbuhan dan bila ada gejala pening atau mual biasanya merupakan pertanda adanya gas beracun. Hindari tempat tersebut dan segera carilah tempat dengan sirkulasi udara, sementara dapat digunakan kain yang dibasahi air dan ditutupkan ke hidung.

Kadangkala gas beracun mengalir tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah, kira-kira setinggi lutut. Gas ini biasa menyerang pada saat pendaki sedang duduk beristirahat atau tidur. Karena sifatnya yang tidak berbau dan berawan maka gas ini perlu diwaspadai terutama bila timbul gejala keracuna sesaat setelah istirahat. Segera cari tempat istirahat atau shelter lain di tempat yang lebih tinggi, terbuka dan sirkulasi udara yang baik.
Jangan terlalu berkonsentrasi pada gerakan kaki, berjalanlah santai dengan pandangan ke depan sambil sesekali memperhatikan keindahan pemandangan sekitar. Kecuali pada tanjakan yang curam lebih baik arahkan pandangan ke tanah karena biasanya pandangan ke atas akan melemahkan semangat tanpa disadari akibat timbulnya kesan seolah-olah tidak segera sampai.

Berjalan harus mengikuti suatu irama yang tetap dengan langkah-langkah kecil. Langkah yang selalu lebar akan mempengaruhi keseimbangan karena berat badan sering ditunjang oleh satu kaki saja. Pendaki gunung berjalan lebih lambat dari ritme berjalan yang normal untuk menghemat nafas.

Kesulitan berbicara dengan teman selagi berjalan adalah pertanda berjalan terlalu cepat. Lebih baik berjalan lambat dengan istirahat yang sedikit daripada berjalan cepat dengan istirahat yang banyak pula. Saat beristirahat duduklah berselonjor dengan kaki sedikit diangkat di atas badan agar darah yang mengumpul di kaki dapat mengalir mormal kembali.

Hindari angin secara langsung karena udara dingin cepat mengerutkan otot yang istirahat. Pori-pori yang terbuka akibat berkeringat akan mengakibatkan exposure (kehilangan panas tubuh) bila terkena angin (hawa dingin). Untuk menghindarinya usahakan untuk memakai jaket pada saat beristirahat walaupun tubuh agak terasa panas.

Jangan terlalu lama istirahat karena otot yang mulai mengendur akan memerlukan pemanasan kembali. Ukuran normal istirahat adalah sepuluh menit setiap berjalan selama satu jam. Bila semkain lama anda membutuhkan waktu istirahat lebih panjang dengan interval di bawah satu jam maka berarti anda telah terlalu lemah.

Selama istirahat perlu teknik pengaturan nafas untuk menghilangkan kepenatan dengan gerakan-gerakan ringan, misalnya menekuk badan ke muka ke belakang dan samping kiri kanan, mengambil nafas sekuat kuatnya, ditahan sejenak kemudian dihembuskan melalui mulut dengan berteriak. Teknik relaksasi seperti ini berguna untuk melepaskan kepenatan dan stres selama perjalanan.


TEKNIK MENDIRIKAN  SHELTER /TENDA/ BIVAK


Segera dirikan tenda (shelter) untuk istirahat panjang dengan lokasi datar, tidak berangin, dekat sumber air dan berada di tempat yang tinggi agar terhindar dari kemungkinan pengendapan gas racun. Segera psikologis tempat yang tinggi memungkinkan kita terlihat pemandangan yang menarik di sekitar untuk mengurangi kelelahan mental.

Selama istirahat minumlah air hangat yang cukup seimbang dengan keringat yang dikeluarkan. Tambahkan sedikit garam untuk mengganti mineral yang keluar bersama keringat dan untuk otot. Makanlah makanan kecil seperti biskuit dengan kadar hidrat arang yang tinggi untuk menambah tenaga.


Selama dalam perjalanan buanglah bungkus semen, puntung rokok dan bungkusnya serta sampah lainnya ke dalam tas plastik agar tidak mencemari lingkungan pegunungan. Sedapat mungkin lakukanlah SAR (Search and Rescue) sampah yang ada di sepanjang jalan dengan demikian kita telah membantu kebersihan dan kelestarian lingkungan pegunungan tersebut.


Tips mendirikan sherlter/ tenda/ bivak :

1. Di tempat yang datar
2. Di tempat yang kering
3. Di sekitar banyak terdapat pohon
4. Melawan arah angin
5. Tidak searah dengan aliran air


Nah, itu tadi sekilas teknik pendakian gunung. Ingat, mendaki gunung bukanlah hal yang mudah, butuh banyak persiapan terutama persiapan fisik. Salah seorang teman saya pernah terkena Hipotermia (suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin) saat kita mencapai puncak Panderman, Malang. Panderman bukanlah gunung yang tinggi, tetapi udara dingin di puncaknya sanggup melemahkan tubuh manusia. Ga kebayang lagi dengan hawanya gunung yang lebih tinggi seperti Semeru, kan? Tapi selama segala persiapan terpenuhi, hal-hal yang buruk bisa dihindari. Selamat mendaki!

0 comments:

Post a Comment